Halaman

Kamis, 01 Maret 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Secara umum Evaluasi kinerja menjelaskan mengenai suatu proses umpan balik atas kinerja yang lalu dan mendorong adanya produktivitas di masa mendatang. Dalam era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks di segala bidang. Untuk itu perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar dapat memenangkan persaingan, minimal untuk mempertahankan operasi perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif yang penting bagi perusahaan adalah karyawan perusahaan. Karyawan perusahaan merupakan penggerak operasi perusahaan, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik, maka kinerja perusahaan juga akan meningkat.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998 :15). Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Penilaian kerja yang baik ditujukan untuk membantu karyawan agar mengerti dengan jelas perannya, mengenali peluang pengambilan resiko dan mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam menjalankan tugasnya. Ketidakjelasan pengembangan karir yang dirasakan karyawan sering menjadi kendala dalam pencapaian prestasi kerja yang maksimum, sehingga diperlukan suatu pedoman yang dapat digunakan oleh masing-masing karyawan untuk membedakan mana aktivitas yang penting, kurang penting dan tidak penting.
Infrastruktur SDM yang menguraikan pekerjaan, pengembangan karir, penilaian kerja dan sistem kompensasi dirancang agar dapat mendukung peningkatan produktivitas. Untuk menetapkan sasaran kerja individu, karyawan sebaiknya telah mengerti dengan jelas terlebih dahulu tentang bidang apa saja yang mampu dikerjakan dengan baik dan berhasil tercapai sasaran dan targetnya. Pengembangan alat bantu yang dapat mengenalkan pada karyawan tentang bidang kunci dalam jangkauan kemampuannya akan mendukung hal ini. Salah satu cara untuk mengenali potensi diri karyawan adalah dengan pengenalan Bidang Prestasi Kunci atau disingkat BPK.
B. TUJUAN
Dengan disusunya Makalah ini semoga para mahasiswa lebih semangat lagi dalam peningkatan kinerja dan produktifitas kinerja












BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KINERJA DAN PRODUKTIFITAS KINERJA
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006).
Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan Waridin, 2004).
Dapat dikatakan bahwa produktivitas kinerja adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah: “Kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.”
Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas kinerja sangat dipengaruhi oleh faktor: knowledge, skills, abilities, attitudes, dan behaviours dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak program perbaikan produktivitas kinerja meletakkan hal-hal tersebut sebagai asumsi-asumsi dasarnya (Gomes, 1995, p.160).

Pengertian lain dari produktivitas kinerja adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004, p.137).
B. TUJUAN MANAJEMEN KINERJA
Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong karyawan agar bekerja dengan penuh semangat, efektif, efisien dan produktif serta sesuai dengan proses kerja yang benar sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal
Alasan dibutuhkannya manajemen kinerja :
a. Setiap karyawan ingin memiliki penghasilan yang tinggi
b. Setiap karyawan ingiin memiliki keahlian sesuai bidangnya
c. Setiap karyawan ingin berkembang karirnya
d. Kewajiban bagi pimpinan untuk meningkatkan penghasilan karyawan
e. Kewajiban bagi pimpinan untuk meningkatkan kinerja karyawan
f. Setiap karyawan ingin mendapatkan perlakuan adil atas hasil kerjanya
g. Bagi yang berprestasi berhak memperoleh penghargaan dan bagi yang
melanggar aturan wajib diberi sangsi
a. Setiap institusi ingin bekerja secara efektif, efisien dan produktif
b. Berakibat positif atau negatif tergantung dari kebijakan institusinya
c. Positif bila institusi memiliki niat untuk mengembangkan SDM
d. Negatif bila institusi tidak memiliki niat mengembangkan SDM
Issue-issue alasan peningkatan kinerja karyawan :
a. Mutu karyawan masih rendah, dilihat dari kemampuan yang dimiliki sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya kesempatan mengikuti pelatihan dan rendahnya etos kerja
b. Mutu produk/pelayanan/ hasil kerja masih rendah
C. PERTUMBUHAN KONSEP KINERJA
Usaha untuk mengukur kinerja sistem telah banyak dilakukan pada saat ini yang dilandasi keingintahuan tentang:
1. Pandangan orang terhadap kinerja suatu system
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja system
3. Bagaimana metode yang tepat dalam menentukan kinerja sistem yang menyatakan keberhasilan sistem dalam mencapai tujuan.
Konsep produktivitas yang dikenalkan oleh Ricardo (Rao, 1986) menyatakan bahwa produktivitas sistem merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan. Sedangkan si A (tahun) menyatakan bahwa produktivitas adalah ukuran kemampuan sistem dalam menghasilkan keluaran dengan masukan tertentu. Pada perkembangan terakhir ditunjukkan bahwa setiap masukan dan keluaran memilik peran dalam membentuk produktivitas sistem (siapa, tahun). Lebih dari sekedar indeks produktivitas, acuan inilah yang akhirnya melahirkan konsep efisiensi yang menyatakan bahwa efisiensi merupakan usaha untuk melihat kontribusi masukan terhadap keluaran (Siapa, tahun). Meski demikian ternyata konsep produktivitas dan efisiensi ini menjadi konsep yang tetap menjadi diskusi panjang karena relatif tidak memperhatikan aspek manusiawi (siapa, tahun). Manusia pada konsep ini hanya dilihat setara dengan faktor produksi lainnya.
Munculnya aliran human relationship dalam manajemen menumbuhkan konsep efektivitas yang berusaha merangkum faktor teknis (efisiensi dan produktivitas), determinan sosial (perilaku manusia dan lingkungan) dan tujuan sistem (siapa, tahun). Konsep efektivitas terus berkembang karena kenyataannya manusia dan lingkungan sangat berperan dalam operasi sistem.
D. PENGUKURAN KINERJA SISTEM DAN PENGUKURAN PRODUKTIFITAS KINERJA
Kinerja suatu organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran. Model kinerja yang pertama dikembangkan adalah model univariate yang dikenal dengan model Single Criteria. Pada model ini, salah satu kriteria diperlakukan sebagai variabel tergantung pada kriteria lainnya (siapa,tahun). Selanjutnya kriteria tunggal lain digunakan sebagai alat ukur seperti produktivitas, pendapatan penjualan, kepuasan karyawan dan sebagainya. Pada awalnya kriteria yang dipakai aladah keuntungan finasial yang diperoleh organisasi, sehingga disebut sebagai pendekatan keuntungan maksirnal. Kesulitan yang timbul pada model ini adalah peranan masing-masing kriteria yang tidak dapat menjelaskan secara menyeluruh serta kesulitan mengintegrasikan seluruh kriteria dalam satu kesatuan.
Kesulitan model tersebut dapat diatasi dengan model multivariate, yang dipakai secara luas untuk mengukur kinerja sistem. Teknik pengukuran sangat tergantung pada pandangan siapa yang akan diikuti dalam menyatakan kinerja tersebut. Pada model ini sistem dijabarkan dalam sejumlah kriteria. Model ini dikenal dengan model dengan pendekatan Multi Criteria. Model pengukuran kinerja organisasi modern sekarang yang banyak digunakan adalah model yang memperhatikan faktor-faktor yang dianggap dapat menunjukkan kinerja organisasi yang terdiri banyak kriteria. Dengan model ini kinerja dapat ditampilkan secara lebih menyeluruh. Pendekatan multi kriteria ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu: pendekatan partial dan pendekatan menyeluruh.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut system pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar.
Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu.
Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003, p.24-25).











BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah: “Kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.”
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran. Model kinerja yang pertama dikembangkan adalah model univariate yang dikenal dengan model Single Criteria. Pada model ini, salah satu kriteria diperlakukan sebagai variabel tergantung pada kriteria lainnya (siapa,tahun). Selanjutnya kriteria tunggal lain digunakan sebagai alat ukur seperti produktivitas, pendapatan penjualan, kepuasan karyawan dan sebagainya. Pada awalnya kriteria yang dipakai aladah keuntungan finasial yang diperoleh organisasi, sehingga disebut sebagai pendekatan keuntungan maksirnal. Kesulitan yang timbul pada model ini adalah peranan masing-masing kriteria yang tidak dapat menjelaskan secara menyeluruh serta kesulitan mengintegrasikan seluruh kriteria dalam satu kesatuan.
produktivitas tenaga kerja menurut system pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun).

Daftar Pustaka
1. Simamora, Henry, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua.STIE : YKPN
2. Moh As’ad. 2003. Psikologi Industri. Yogyakarta: Libery.
Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu: Yogyakart
3. Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
4. Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menghadapi era globalisasi industri dan perdagangan bebas yangakan datang, berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia berbenah dirimempersiapkan sumber daya manusianya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi perhatian utama dalam upaya pengembangan dan penguasaannya di masa mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah secara nasional sertamemberikan keleluasaan kepada daerah-daerah untuk menerapkannya sesuai dengan kondisi daerah setempat, yaitu dengan memanfaatkan kurikulum muatanlokal.Indonesia adalah salah satu negara agraris di dunia. Kondisi geografisnya yang terdiri dari dataran tinggi (pegunungan) dan dataran rendah (pesisir)menghasilkan pemandangan yang sangat menakjubkan yang apabila diolah secara profesional dapat menjadi objek wisata yang indah. Data-data tersebut di atas memberikan panduan kepada kita dalam pembentukan kurikulum muatan lokal berikut arah dan sasaran pendidikan yang akan dicapai. Secara nasional, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prioritasutama dalam kurikulum, sehingga mata pelajaran Matematika dan IPA mendapat perhatian dan porsi yang khusus dalam kurikulum dengan meminggirkan beberapamata pelajaran lain yang dianggap kurang bermanfaat bagi perkembangan zaman.Salah satu mata pelajaran yang terpinggirkan tersebut adalah pendidikan senikhususnya seni budaya daerah.Di dalam pertemuan-pertemuan ilmiah dan makalah-makalah para pakar,selalu disebutkan secara berangkai kata-kata ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Tetapi mengapa yang menjadi prioritas pembangunan pendidikan hanya pada ilmu pengetahuan dan teknologi saja ? Dari mana unsur seni akan diterimaoleh peserta didik ?Sebenarnya peran pendidikan seni bagi seorang peserta didik adalah sangat penting. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu diiringi dengan jiwa


yang memiliki nilai-nilai seni sehingga karya cipta yang dihasilkan memiliki nilai-nilai estetis. Bahkan beberapa ahli pernah mengemukakan bahwa tanpa seni, ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi hampa.Tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas denganmengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkansegala daya dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu berkembang. Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpainovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain.

B. Permasalahan
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu ³Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam seni membangun pendidikan yang bebas konflik?
C. Tujuan
Dengan disusunya Makalah ini semoga para mahasiswa lebih semangat lagi dalam mengapresiasikan seni di lingkungan sekolah.












BAB II
PEMBAHASAN
SENI MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG BEBAS KONFLIK

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sudah sepantasnyalah pendidikan dasar dan menengah dapat mempersiapkan manusia Indonesia yang kompetitif untuk menghadapi era globalisasi dan era perdagangan bebas dunia seni Oleh karena itu, untuk dapat lebih terarah dan mempersempit masalah,disini penulis tertarik untuk membahas kurikulum muatan lokal yang meminggirkan dan menutup mata terhadap pendidikan seni.Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pendidikan seni mendapatkan porsi yang lebih dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Selain ada mata pelajaran Seni Budaya yang sifatnya umum, penempatan pendidikan seni budaya daerah sebagaimata pelajaran muatan lokal adalah terobosan yang amat baik guna menunjang program pembangunan dan pendidikan daerah.Berdasarkan pantauan penulis, banyak peserta didik yang menambah dan menimba ilmu pengetahuan di bidang seni di luar sekolah, seperti : sanggar-sanggar tari, sanggar-sanggar musik, bina vokalia, rental band dan sebagainya.Hal ini sebenarnya sudah cukup bagi semua pihak untuk melihat sebuah fakta peserta didik telah menganggap bahwa pendidikan dan pengembangan nilai-nilai seni yang diperolehnya di sekolah sudah tidak memadai untuk pengembangankemampuan dirinya di bidang seni dan menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai seni yang ada di dalam dirinya.Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis memberikan saran kepada sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk dapat memberikan porsi yang lebih kepada mata pelajaran seni khususnya seni daerah masuk dalam bentuk mata pelajaran muatan lokal, karena sekolah memiliki wewenang untuk itu. Dandiharapkan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan memberikan dukungan positif bukan memberikan respon tidak menentu sambil menunggu.
tanggapan atasan seperti yang sering terjadi selama ini.Kendala kekurangan sumber daya manusia dalam hal ini guru (tenaga pengajar) sudah tidak dapat dijadikan alasan, karena saat ini sangat banyak lulusan Jurusan Pendidikan Sendratasik dan STSI yang tersebar hampir di seluruhIndonesia yang memiliki ilmu dan skill yang memadai untuk itu. Sekarang hanyatinggal kemauan dari pihak sekolah untuk menyelenggarakannya.
A. Pengertian Fungsi Seni dan Inovasi di Bidang Pendidikan
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (bendayang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum.Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seniadalah bagian dari kehidupan manusia yang sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya. Suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam kehidupan sehari - hari.
B. Fungsi sosial seni dalam bidang pendidikan
Peranan seni dalam bidang pendidikan yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya anak didik lebih mudah dan mengerti menerimanya. Misalnya suatu peristiwa dalam sejarah disampaikan dengan film.Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.
Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesiaa.
a. Top Down InovationInovasi model Top Down ini sengaja diciptakan oleh atasan (pemerintah)sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkanefisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apayang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini.Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain.
b. bottom up Inovation Yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya dilakukan oleh para guru

C. MANFAAT SENI DI BIDANG PENDIDIKAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Seni dan Budayanya, tapidalam realitanya pemanfaatan seni masih minim sekali dimanfaatkan olehsekolah-sekolah pada umumnya, padahal banyak sekali manfaat yang seharusnyadapat dimanfaatkan dari Seni di dunia pendidikan.Manfaat seni dalam dunia pendidikan terutama di sekolah, ternyatasangatlah bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa, hal ini mulaimenjadi sorotan dari berbagai pihak yang mulai peduli dengan dunia pendidikan.Pendidikan seni dipandang sangat perlu untuk membentuk kepribadian siswa darisisi potensi estetik atu keindahannya yang diyakini dapat memperhalus budimanusia.
Dengan demikian seni tidak diragukan potensinya yang dapat digunakanuntuk menghaluskan pancaindera yang berarti juga menghaluskan budi manusia
KTSP yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikanmerupakan kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan dimasing-masing tingkat satuan pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-undang Sikdiknas No.20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15Tahun2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun oleh masing-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyerahan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tiap sekolah denganmengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan bertujuan agar
kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan karakter dan tingkat kemampuansekolah masing-masing.Pedoman penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik mengacu padaSKL yang meliputi kompetensi untuk kelompok mata pelajaran atau kompetensiuntuk seluruh mata pelajaran yang dinilai berdasarkan kualifikasi kemampuanmencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yangdituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajiankompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi pesertadidik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedomanuntuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
D. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN SENI DI BIDANGPENDIDIKAN
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Pemanfaatan seni dalam dunia pendidikan terutama di sekolah yang sebenarnya sangat dibutuhkan sangatlah kurang, dalam hal ini sekolah haruslah berusaha untuk membangkitkan kreatifitas para siswanya, terutama dalam hal Seni Budaya. Dengan Seni Budaya, para siswadapat :
a. mengekspresikan perasaannya melalui berbagai karyanya, baik sastra, lagu,musik, lukisan, tarian dan lain sebagainya. Dengan begitu akan lahir kepribadianyang unggul pada diri para siswa,
b. disamping itu juga Seni Budaya dapat menjadi salah satu media hiburan untuk menyegarkan kembali pikiran para siswa setelah belajar keras,
c. tentunya juga agar para siswa bisa lebih mencintai Seni dan Budaya Indonesia,yang dalam realitanya sudah jarang siswa yang peduli dengan Seni dan Budaya Indonesia.

E. CIRI SENI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Seni Sebagai Pendidikan KreativitasDe Francesco (1958) menyatakan bahwa pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu antara membantu pengembangan mental,emosional, kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek kreativiitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi di masa pembangunan ini, orang yang berdaya kreatif sangat dibutuhkan guna mengembangkan ide-ide yang konstruktif yang akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam memajukan kehidupan dan berkebudayaan.Seni atau karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia. Manusia dihadapkan dengan perasaan suka, senang, sedih, sakit, duka gembira,ceria, suka cita dan sebagainya, adalah contoh perilaku manusia yang sering tampak, ataupun bisa saja tidak tampak, kecuali manusia pelakunya saja yang merasakan. Perilaku kejiwaan tersebut diatas sering muncul dalam bentuk ekspresi yang nyata. Karya seni seperti contoh di atas adalah karya seni yang didahului oleh unsur kejiwaan/perasaan manusia. Apakah karya seni selalu dilatarbelakangi unsur kejiwaan? Jawabanya dapat kita renungkan sambil mengamati berbagai cotoh karya seni. Mungkin ada yang seperti contoh di atas, mungkin juga tidak.Seorang membuat karya seni hanya sekedar meniru bentuk alam, memotret alam dengan tidak melibatkan unsur perasaan. Perilaku lain ada kelompok penciptakarya seni yang mencoba memasukan kejiwaan sebagai latar belakang menciptakan karya senie. Quantum learningQuantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sarana khirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi


tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dariupaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dansetiap detil apa pun memberikan sugesti positif ataunegatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuatmenjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster- poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai³interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.´ Mereka mengasumsikan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik
, mereka alihkan ihwal energy itu ke dalam analogi tubuh manusia yang ³secara fisik adalah materi´. ³Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya´. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menghadapi era globalisasi industri dan perdagangan bebas yang akan datang, berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia berbenah diri mempersiapkan sumber daya manusianya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi perhatian utama dalam upaya pengembangan dan penguasaannya di masa mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan terhadap kurikulum pendidikan dasar dan menengah secara Nasional sertamemberikan keleluasaan kepada daerah-daerah untuk menerapkannya sesuai dengan kondisi daerah setempat, yaitu dengan memanfaatkan kurikulum muatanlokal.Pariwisata, seni dan budaya yang dikatakan mampu memberikankontribusi kepada daerah dalam bentuk pendapatan asli daerah (PAD) haruslah ditunjang dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai dari putra- putra daerah ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pendidikan senimendapatkan porsi yang lebih dalam proses belajar-mengajar di sekolah.Penempatan pendidikan seni budaya daerah sebagai mata pelajaran muatan local adalah terobosan yang amat baik guna menunjang program pembangunan dan pendidikan daerah











DAF T AR PUSTAKA
a. Inovation. Dalam situs http://WWW. Shafe.Tripod.com// Inov.htm. Dikunjungi 23 Desember 2000.
b. Noor, Idris H.M. Sebuah tinjauan teoritis tentang inovasi pendidikan di Indonesia.Dalam situshttp://WWW.pdk.go.id/balitbang/publikasi/Jurnal/no_ 026 /sebuah_Tinjauan_teoritis_ Idris.htm.dikunjungi 23 Desember 200.
c. Cece Wijaya, Djaja jajuri, A. Tabrani Rusyam. 1991. Upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Bandung: Remaja .Rosdakarya.Segena,Unggul. Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan di era otonomi daerah.Dalam situs.